BAB I PENDAHULUAN
Penjelajahan angkasa adalah eksplorasi fisik dari benda di luar Bumi dan biasanya menyangkut teknologi, ilmu pengetahuan, dan politik yang berhubungan dengan luar angkasa. Manusia selalu berusaha untuk mengetahui lebih jauh tentang benda-benda langit yang teramati. Semangat manusia untuk menjelajah wilayah-wilayah baru yang belum terjamah, telah menyentuh ruang angkasa. Dan itu terjadi mungkin semenjak imajinasi manusia mulai membumbung ke langit. Impian itu kini tidak lagi hanya menjadi bagian dari imajinasi manusia, karena kita telah mulai menjamah langit. Realisasi dari menjelajah wilayah baru ini mencapai salah satu tonggak sejarah penting saat manusia untuk pertama kalinya menjejakkan kakinya di Bulan pada tahun 1969. Dan perkembangan berikutnya mungkin menjelajah planet-planet dekat, dan akhirnya diharapkan kita bisa mulai meninggalkan Tata Surya kita Untuk itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelidiki benda-benda langit tersebut, salah satunya adalah dengan melalui penerbangan angkasa luar. Penerbangan angkasa luar tidak mungkin dilakukan dengan pesawat terbang biasa, karena pesawat terbang biasa tidak dapat terbang di ruang hampa. Untuk itu, Di perlukan sebuah teknologi yang dapat digunakan untuk menjelajahi ruang angkasa.
Salah satu yang paling terkenal dan aspek penting dari penjelajahan angkasa adalah pendaratan manusia pertama di bulan. Ide mengirim objek ke angkasa terdapat di dalam pikiran dari banyak penulis sains fiksi ratusan tahun sebelum hal itu menjadi kenyataan. Pada abad 20, dengan pengembangan propulsi teknologi yang cukup, material yang kuat dan ringan dan terobosan teknologi dan sains lainnya, ide misi luar-bumi tidak lagi hanya sekedar impian tapi suatu kenyataan. Tapi usaha mengeksplorasi ruang angkasa hanya mulai bisa dilakukan jika kita sudah bisa menjawab satu pertanyaan pertama (dari sekian pertanyaan) yang penting: bagaimana melepaskan diri dari gravitasi bumi.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penerbangan Ruang Angkasa
2.1.1. Penerbangan Manusia Pertama di Bulan
Misi pendaratan manusia pertama di Bulan adalah misi Apollo 11. Amerika mengirimkan tiga astronot yang dua diantaranya (Neil Armstrong dan Edwin Aldrin) akan mendarat di permukaan Bulan, sedang yang seorang lagi (Michael Collins) akan tetap mengorbit Bulan. Dan yang menjadi manusia pertama yang menginjakkan kakinya di Bulan adalah Neil Armstrong. Armstrong menjejakkan kakinya di Bulan pada 20 Juli 1969 pukul 20:17:40 UT (21 Juli 1969 pukul 03:17:40 WIB). Saat pertama menapak di Bulan ini, Armstrong mengucapkan kata-katanya yang terkenal: “That's one small step for [a] man, one giant leap for mankind.”
Menyusul Armstrong, rekannya Aldrin menjadi orang kedua menginjakkan kakinya di Bulan. Mereka mengibarkan bendera Amerika dan melakukan beberapa percobaan ilmiah. Juga meninggalkan plakat yang ditandatangani oleh Presiden Amerika saat itu, Richard Nixon, dan ketiga astronot. Plakat itu bertuliskan: “Here Men From Planet Earth First Set Foot Upon the Moon. July 1969 A.D. We Came In Peace For All Mankind.” Meski warna persaingan cukup kental terasa, tapi Amerika berusaha menjaga agar tonggak pencapaian pendaratan manusia di Bulan tidak bernuansa militer. Pemilihan Armstrong (bukannya Aldrin atau Collins) sebagai komandan misi bukan tanpa alasan. Latar belakang Armstrong yang sipil (bukan militer seperti Aldrin dan Collins), digunakan oleh Amerika untuk menunjukkan bahwa misi Apollo bukanlah proyek militer. Dan plakat yang ditinggalkan di permukaan Bulanpun menyiratkan misi kemanusiaan. Tampaknya Amerika saat itu sadar perlunya pencegahan perlombaan penjelajahan angkasa luar yang sifatnya militer sedini mungkin, karena dapat memicu perlombaan persenjataan berbasis ruang angkasa yang bisa berujung pada perang.
Menyusul Armstrong, rekannya Aldrin menjadi orang kedua menginjakkan kakinya di Bulan. Mereka mengibarkan bendera Amerika dan melakukan beberapa percobaan ilmiah. Juga meninggalkan plakat yang ditandatangani oleh Presiden Amerika saat itu, Richard Nixon, dan ketiga astronot. Plakat itu bertuliskan: “Here Men From Planet Earth First Set Foot Upon the Moon. July 1969 A.D. We Came In Peace For All Mankind.” Meski warna persaingan cukup kental terasa, tapi Amerika berusaha menjaga agar tonggak pencapaian pendaratan manusia di Bulan tidak bernuansa militer. Pemilihan Armstrong (bukannya Aldrin atau Collins) sebagai komandan misi bukan tanpa alasan. Latar belakang Armstrong yang sipil (bukan militer seperti Aldrin dan Collins), digunakan oleh Amerika untuk menunjukkan bahwa misi Apollo bukanlah proyek militer. Dan plakat yang ditinggalkan di permukaan Bulanpun menyiratkan misi kemanusiaan. Tampaknya Amerika saat itu sadar perlunya pencegahan perlombaan penjelajahan angkasa luar yang sifatnya militer sedini mungkin, karena dapat memicu perlombaan persenjataan berbasis ruang angkasa yang bisa berujung pada perang.
Lewat dari era mencapai angkasa luar, kita memasuki era pemanfaatan ruang angkasa. Sayangnya dalam perkembangan pemanfaatan angkasa luar, ternyata pemanfaatan untuk militer juga ikut tumbuh dan berkembang. Selain satelit yang digunakan untuk kebutuhan komunikasi, ilmu pengetahuan, dan kepentingan damai lainnya, satelit untuk kepentingan militerpun turut meramaikan angkasa luar. Satelit-satelit militer itu khususnya untuk keperluan mata-mata. Dan dalam perkembangan selanjutnya, Amerika dan Sovyet mulai mengembangkan persenjataan yang dirancang khusus untuk berfungsi di angkasa luar.
Meski pemanfaatan ruang angkasa diupayakan berbagai pihak tetap untuk kepentingan damai dan kemanusiaan, tak ada aturan atau kesepakatan yang dapat mencegah keras pemanfaatan ruang angkasa bagi kepentingan militer. Setidaknya tidak ada yang bisa mencegah negara yang telah memulainya. Karena itu tak heran jika tidak sedikit satelit-satelit militer berseliweran di atas kepala kita tanpa kita ketahui. Bahkan Presiden Amerika (saat itu) Ronald Reagen pada tahun 1981 pernah mengajukan suatu konsep yang dinamakan SDI (Strategic Defence Initiative). Konsep yang lebih terkenal dengan istilah Star War ini memanfaatkan ruang angkasa untuk keperluan penghancuran satelit musuh dan mencegat peluru-peluru kendali nuklir yang baru diluncurkan oleh pihak musuh. Tentu saja musuhpun akan ikut mengembangkan konsep yang sepadan untuk menghadapinya. Karena itu, bisa dibayangkan andai saja konsep ini (dan tandingannya) menjadi kenyataan, nasib umat manusia akan selalu berada di ujung tanduk, dimana perang bisa terjadi setiap saat baik disengaja atau tidak. Untunglah konsep ini membutuhkan teknologi tinggi yang begitu rumit sehingga tidak bisa direalisasi dengan teknologi yang ada saat itu.
Selanjutnya pemanfaatan ruang angkasa untuk keperluan damai kelihatannya mulai banyak mendapat tempat. Ini tercermin lewat misi-misi penjelajahan dan penelitian ruang angkasa bersama, atau lewat docking wahana angkasa luar dari Amerika & Soviet. Salah satu tonggak dari pemanfaatan ruang angkasa adalah pembangungan sebuah stasiun angkasa luar internasional yang dinamakan ISS – Internasional Space Station. Dalam pengembangannya, ISS dibangun dari kerjasama internasional. Berbagai negara menyumbang dana dan teknologi, membangun modul-modul ISS. Konsep ISS sendiri diusulkan oleh Presiden AS (saat itu) Ronald Reagen pada tahun 1984, dan mulai dibangun pada tahun 1995. Perakitan ISS ini dimulai tahun 1998, dan sejalah dengan waktu, modul-modul terus ditambah pada stasiun tsb. Secara keseluruhan, ISS direncanakan rampung pada tahun 2006. Sayangnya, dalam perkembangan berikutnya, Amerika memiliki agenda penjelajahan angkasa luar sendiri yang dirumuskan ulang semenjak tragedi meledaknya pesawat ulang alik Columbia tahun 2003. Dalam arah penjelajahan angkasa luar yang baru, Amerika akan menarik diri dari ISS, dan memusatkan perhatian pada pengiriman misi berawak ke Mars. Dalam panduan explorasi angkasa luar Amerika yang baru tsb, Pengiriman misi berawak ke Mars dilakukan pada tahun 2015. Tapi sebelum itu, Amerika akan kembali mengirim misi berawak ke Bulan untuk berlatih, sebelum mengirimkan manusia ke Mars. Misi berawak ke Bulan ini akan dimulai pada tahun 2010.
Apapun perkembangan penjelajahan angkasa luar ke depan, setidaknya satu harapan kita: penjelajahan angkasa luar akan menyatukan visi manusia Bumi. Artinya dalam melihat ke depan, kita harapkan kita tinggalkan perbedaan-perbedaan yang ada. Karena saat kita memandang ke depan, kita juga akan melihat ke belakang dan melihat diri kita sebagai satu: manusia Bumi. Dan dengan membawa visi sebagai manusia Bumi yang mulai meninggalkan buaiannya, kita jelajah wilayah-wilayah baru. Semangat yang sama seperti isi plakat yang ditinggalkan misi Apollo 11 di Bulan: We Came In Peace For All Mankind.
2.12. Stasiun Ruang Angkasa China
Setelah memenangkan perlombaan untuk mendaratkan manusia di bulan pada tahun 1969, Amerika Serikat telah menikmati lebih dari empat dekade dengan kekuatan dominan yang dimilikinya. Peluncuran pada hari Kamis pada tahap pertama stasiun ruang baru Cina bisa dilihat sebagai awal dari sebuah pergeseran kekuatan itu. Cina telah bergabung dengan AS dan Rusia sebagai negara ketiga dengan kemampuan pesawat ruang angkasa tak berawak, tantangan yang signifikan untuk supremasi Amerika. NASA meluncurkan penelitian pertama di laboratorium Skylab, pada tahun 1973, dan jika China Tiangong-1 tetap aman pada orbit setelah kedatangan nya, setidaknya masih terdapat waktu satu tahun lagi sebelum para astronot mampu membuat segala jenis fasilitas yang mampu diperpanjang masa durasi untuk tinggal di luar angkasa.
Cina telah mengambil langkah terbaru untuk menjadikan negeri itu sebagai adikuasa teknologi angkasa luar setelah berhasil meluncurkan wahana tanpa awak Shenzhou 8. Shenzhou 8 diluncurkan dengan menggunakan bantuan roket Long March 2F dari Pusat Angkasa Luar Jiuquan di Gurun Gobi. Sesampainya di orbit Bumi, Shenzhou 8 akan berupaya menyatukan diri dengan laboratorium angkasa luar Tiangong-1 yang diluncurkan September lalu. Proses penyatuan ini membutuhkan waktu beberapa hari dan jika penyatuan ini sukses maka ini akan menjadi yang pertama kali bagi Cina. Penyatuan Shenzhou dengan laboratorium angkasa luar ini adalah bagian dari ambisi Cina untuk memiliki stasiun angkasa luar pada 2020. Shenzhou dan Tiangong akan menggunakan radar dan sensor optik untuk saling mendekat dan menuntun mereka hingga proses penyatuan usai.
Selanjutnya kedua wahana itu akan mengelilingi bumi selama 12 hari sebelum kembali memisahkan diri dan menyatukan diri kembali. Dan puncaknya Shenzhou 8 akan memisahkan diri untuk kemudian kembali ke Bumi.
Pada saat pulang ke Bumi, Shenzhou 8 akan membawa hasil eksperimen antara lain kotak berisi ikan, tumbuhan, cacing, bakteria hingga sel kanker manusia untuk dianalisis. Jika misi ini berhasil dengan baik maka rencananya Cina akan meluncurkan misi berawak untuk bergabung dengan laboratorium Tiangong-1 pada 2012.
Saat itu, para astronot Cina diharapkan bisa tinggal dan bekerja di dalam dua wahana yang menyatu itu selama dua pekan. Sejumlah media Cina berspekulasi bahwa misi berawak itu akan membawa astronot perempuan pertama Cina. Modul laboratorium angkasa luar Tiangong-1 diluncurkan pada 29 September lalu dan sejauh ini beroperasi normal. Untuk menyambut Shenzhou 8, ketinggian orbit Tiangong-1 diturunkan dan digeser 180 derajat. Beijing melihat misi Shenzhou 8 ini sebagai sebuah langkah mempersiapkan kemampuan untuk melakukan misi angkasa luar berawak. Selain itu, misi ini adalah bagian dari ambisi Cina membangun stasiun angkasa luar yang akan dimulai akhir dekade ini. Stasiun luar angkasa masa depan seberat 60 ton itu berukuran lebih kecil dibanding stasiun serupa seberat 400 ton yang dioperasikan Amerika Serikat, Rusia, Eropa, Kanada dan Jepang. Meski demikian kehadiran stasiun luar angkasa Cina tetap merupakan bukti prestasi tinggi ilmuwan negeri Tirai Bambu itu.
2.1.3. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Pada tanggal 2 Juli 2009, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau LAPAN sukses meluncurkan Roket RX-420. Roket RX-420 adalah Rocket eXperiment berdiameter 420 milimeter (0.42 meter) yang dibuat dan didesain oleh putra-putri terbaik bangsa di LAPAN. Proyek roket ini merupakan bagian dari proyek besar LAPAN membawa satelit ke orbit yang biasa disebut sebagai Roket Pengorbit Satelit (RPS). Rencananya LAPAN akan mengorbitkan satelit kelas nano yakni satelit bermassa 5 kg.
Untuk digunakan sebagai peluncur satelit, LAPAN mengembangkan RPS 4 tingkat. RPS 4 tingkat ini terdiri dari dari 6 unit roket yakni 5 roket RX-420 sebagai roket pendorong dan satu roket utama RX-320. Hingga saat ini, LAPAN sudah berhasil membuat sekurang-kurangnya 16 unit roket yakni 1 unit RX-250, 3 unit RX-150, 3 unit RX-100, 3 unit RX-70, 4 unit RX-70 FFAR, 1 unit RX-320 serta terakhir adalah RX-420.
Sebelum Juli 2009, 19 Mei 2009, LAPAN telah sukses meluncurkan roket RX-320 di kawasan Pameungpeuk, Garut- Jawa Barat. Selain bekerja sama dengan sejumlah lembaga dan departemen lokal seperti LIPI, PT DI, PT Pindad, Dephan-TNI dan BPPT, LAPAN juga bekerja sama Technical University of Berlin (TUBerlin). Kerjasama dengan Tuberlin telah menghasilkan satelit pengamatan bumi yang diberi nama Lapan-TUBSat. Satelit tersebut merupakan satelit jenis mikro yakni satelit dengan bobot 50 kg. Satelit mikro tersebut telah diorbitkan pada tahun 2007. Untuk kepentingan Indonesia, LAPAN akan membuat satelit ekuatorial yang akan memiliki waktu orbit di atas wilayah Indonesia lebih lama yaitu tiga jam pada siang hari dengan tiga stasiun bumi.
2.1.4 Proyek Penjelajahan Ruang Angkasa
Tanggal | Negara | Nama | Keterangan |
27 Agustus 1962 | Amerika | Mariner 2 | Pesawat pertama yang bisa berpapasan dengan venus |
28 November 1964 | Amerika | Mariner 4 | Pesawat pertama yang bisa berpapasan dengan Mars dan mengirimkan gambar-gambar tentang permukaannya. |
12 Juni 1967 | Rusia | Venera 4 | Mengirimkan parasut ke atmosfir Venus, dan mengirimkan berbagai informasi. |
17 Agustus 1970 | Rusia | Venera 7 | Pesawat pertama yang mengirimkan informasi dari permukaan Venus. |
30 Mei 1971 | Amerika | Mariner 9 | Pesawat pertama ke orbit Mars dan memetakannya. |
10 Maret 1972 5 April 1973 | Amerika | Pioneer 10, 11 | Keduanya mendekati jupiter, pioneer 11 juga mendekati saturnus. |
3 November 1973 | Amerika | Mariner 10 | Mendekati Venus sebelum akhirnya mendekati merkurius sebanyak 3 kali. |
10 Desember 1974 | Amerika | Helios 1 | Pesawat pertama yang mendekati matahari. |
Agustus, September 1975 | Amerika | Viking 1, 2 | Keduanya memasuki orbit Mars, untuk memetakannya, pendaratan peralatan untuk mengirimkan gambar ke Bumi, bekerja sebagai stasiun cuaca dan penelitian tentang daratan Mars. |
Juni 1975 | Rusia | Venera 9, 10 | Pendaratan halus pertama di Venus, dan mengirimkan gambar-gambar dari permukaannya. |
Agustus, September 1977 | Amerika | Voyager 1, 2 | Melewati planet Jupiter dan Saturnus, membuat foto planet-planet beserta satelit-satelit alaminya. Voyager 2 melewati Uranus dan Neptunus. Keduanya menjadi pesawat ruang anglasa pertama yang meninggalkan tata surya. |
Oktober, November 1981 | Rusia | Venera 13, 14 | Mendarat di Venus, menganalisis tanah di venus. |
Desember 1984 | Rusia | Vega 1, 2 | Mendekati Venus, menjatuhkan peralatan dan balon penelitian, trbang memotong orbit komet Halley. |
2 Jili 1985 | Eropa | Giotto | Mendekati komet Halley. |
4 Mei 1989 | Amerika | Magellan | Membuat peta radar dari permukaan Venus. |
17 Oktober 1989 | Amerika | Galileo | Memasuki orbit Jupiter, dan mengirimkan peralatan penelitian ke atmosfirnya. |
6 Oktober 1990 17 Februari 1996 | Ameria dan Eropa Amerika | Ulysses NEAR | Melalui orbit Jupiter. Proyek pertama untuk menyelidiki asteroid. |
7 November 1996 | Amerika | Mars Global Surveyor | Membuat peta permukaan Mars |
15 Oktober 1997 | Amerika | Cassini | Direncanakan memasuki orbit Saturnus pada tahun 2004. |
3 Januari 1999 | Amerika | Mars Polar Lander | Mempunyai tugas mendarat di kutub Mars untuk menyelidiki kemungkinan adanya tanda-tanda kehidupan di Mars. |
2.2 Teknologi Ruang Angkasa
2.2.1. Satelit
Satelit adalah benda yang mengorbit atau bergerak mengitari benda langit yang lebih besar. Ada dua jenis satelit, yaitu satelit alam, misalnya bulan dan satelit buatan, misalnya Sputnik 1 (milik Uni Soviet) atau Palapa (milik Indonesia). Satelit banyak membantu memberikan informasi tentang bulan, bumi, dan benda-benda langit lain kepada kita. Satelit juga menjadikan sistem komunikasi menjadi lebih baik. Satelit membantu ahli lingkungan mempelajari polusi, ahli geologi menemukan sumur minyak, dan ahli pertanian mengamati perkembangan tanaman. Satelit komunikasi membantu mentransmisikan (memancarkan) siaran radio dan televisi ke seluruh dunia. Satelit astronomi memberikan informasi ruang angkasa yang jauh lebih akurat dan lengkap dibandingkankan sumber informasi di bumi.
Jika satelit mengorbit bumi, dengan periode orbit sama dengan periode rotasi bumi, maka orbit satelit ini disebut orbit geosinkron. Satelit yang memiliki orbit geosinkron selalu berada tepat diatas suatu wilayah tertentu sepanjang waktu. Jika satelit yang memiliki orbit geosinkron ini berada pada bidang khatulistiwa, maka bentuk orbitnya disebut orbit geostasioner. Satelit yang memiliki orbit geostasioner memiliki ketinggian yang tetap, sekitar 35.800 km dengan kecepatan 3 km/s. Biasanya, satelit komunikasi memiliki orbit geostasioner. Satelit seri palapa dan Telkom yang dimiliki Indonesia termasuk satelit komunikasi yang memiliki orbit geostasioner.
Satelit Palapa termasuk satelit komunikasi. Satelit ini pertama kali diluncurkan tahun 1976 dengan nomor seri Palapa A-1 dan perkiraan usianya 7 tahun. Dengan satelit Palapa transmisi siaran televisi menjadi semakin luas. Mengapa? Siaran televisi yang dipancarkan oleh transmiter (pemancar) pusat di Jakarta, ditangkap oleh stasiun relay yang ada di daerah (antara lain Yogyakarta, Surabaya, dan Maluku). Selanjutnya, stasiun relay memancarkan kembali siaran tersebut dan diterima oleh antena (alat penerima) televisi di rumah-rumah. Bayangkan, bagaimana jika tidak ada satelit Palapa? Sampai saat ini Indonesia telah meluncurkan 10 seri satelit Palapa, namun ada satu satelit yang gagal mengorbit, yaitu Palapa B-2. Palapa B-2 ini digantikan dengan Palapa B-2P.
2.2.2 Pesawat Antariksa
Pesawat antariksa dibedakan menjadi dua macam yaitu pesawat antariksa yang dirancang untuk dapat kembali ke Bumi yang disebut pesawat ulang alik, dan pesawat antariksa yang dirancang untuk tinggal tetap di luar angkasa (roket). Untuk menempatkan sebuah satelit pada orbitnya, digunakan roket atau pesawat ulang alik. Satelit akan dibawa hingga ketinggian tertentu kemudian dilepaskan. Satelit akan mengorbit dengan kecepatan tertentu, tergantung pada ketinggiannya di atas permukaan bumi.
2.2.2.1 Pesawat Ulang Alik
Meskipun fungsinya hampir sama, pesawat ulang alik berbeda dengan roket. Pesawat ulang alik dapat kembali ke bumi setelah menjalankan tugasnya, sedangkan Roket hanya berfungsi sekali dalam peluncuran satelit. Karena pesawat ulang alik dapat kembali ke bumi, selain digunakan sebagai peluncur satelit, juga dapat digunakan untuk mengantarkan astronot atau bahan-bahan lain ke dan dari ruang angkasa.
2.2.2.2 Roket
Roket bekerja berdasarkan prinsip hukum III Newton tentang gerak, yaitu gaya aksi reaksi. Ketika bahan bakar roket yang berupa campuran gas hidrogen cair dan oksigen cair bereaksi (bercampur), terjadi pembakaran yang menyebabkan terbentuknya semburan gas panas melalui bagian belakang roket. Semburan gas panas ini menghasilkan gaya kebelakang yang diberikan roket kepada gas. Sesuai dengan hukum III Newton, maka semburan gas juga melakukan gaya pada roket, tetapi arahnya ke depan, sehingga roket terdorong kedepan. Untuk bisa lepas dari pengaruh gaya gravitasi bumi, sebuah roket memerlukan kecepatan awal yang sangat besar, yaitu sekitar 11 km/s. Roket biasa digunakan sebagai pembawa atau pengangkut perangkat penelitian ruang angkasa, termasuk satelit-satelit. Begitu sudah mencapai ketinggian tertentu, satelit-satelit ini dilepaskan untuk mengorbit bumi, dan roket pembawanya pun secara otomatis tidak berfungsi lagi, karena bahan bakarnya telah habis. Inilah sebabnya roket hanya bisa satu kali digunakan.
2.2.3 Robot Penjelajah Angkasa Luar
2.2.3.1 Wahana Ruang Angkasa
Wahana ruang angkasa telah menjelajahi semua planet kecuali pluto. Wahana angkasa ini bertugas untuk mengambil gambar-gambar dan Pengukuran planet dari jarak dekat,yang kemudian akan di kirim kepada para ahli astronomi di bumi yang kemudian akan di jadikan sumber informasi bagi penduduk bumi.
2.2.3.2 Viking
Pada tahun 1976, dua wahana angkasa viking mendarat di mars, untuk mencari tanda-tanda kehidupan, namun hasil dari pemeriksaan tidak di temukan tanda-tanda kehidupan.
2.2.3.3 Voyager 1 dan 2
VOYAGER 1 dan 2 meninggalkan bumi untuk mengunjungi planet-planet gas, keduanya sampai di Yupiter tahun 1979, kemudian menuju ke Saturnus. VOYAGER 2 menuju ke Uranus dan Neptunus pada tahun 1989. Wahana ini mengirimkan ribuan foto dari setiap planet.
2.2.3.4 Galileo
Galileo tiba di Yupiter pada tahun 1995 dan menurunkan sebuah pesawat Penjelajah kecil di awan Yupiter selama 6 tahun dan bertugas mengirim gambar-gambar palanet Yupiter.
2.2.3.5 Mars Pathfinder
Mars Pathfinder mendarat di Mars dan mengeluarkan Sojouner yang berupa robot pengembara kecil besarnya kira kira seukuran Oven Microwave, robot ini bertugas menguji tanah dan batuan di planet Mars. BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada halaman sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Penjelajahan angkasa adalah eksplorasi fisik dari benda di luar Bumi dan biasanya menyangkut teknologi, ilmu pengetahuan, dan politik yang berhubungan dengan luar angkasa. Lembaga penerbangan angkasa luar antara lain NASA dan LAPAN. Teknologi angkasa luar yang ada saat ini adalah Satelit, Pesawat Ulang Alik, Roket, dan Robot Luar Angkasa.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2011. Cina sukses luncurkan wahana angkasa. Online http://incyclopedia.blogspot.com/2011/03/cina-sukses-luncurkan-wahana-angkasa.html
Azzahra, Lutfita. 2006. Ruang Angkasa adalah Tapal Batas Akhir. Online http://azzahralutfita.wordpress.com/2006/03/12/ruangangkasa/
Fauzi, Nur A.R. 2011. Robot Penjelajah Angkasa Luar. Online http://aktifisika.wordpress.com/2008/11/14/robot-penjelajah-angkasa-luar/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar